Setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya dapat mengetahui bahwa pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Jadi, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.
Selain itu tugas seorang guru adalah sebagai pendidik, dimana guru sebagai pendidik merupakan figur keteladanan dan fasilitator yang bertugas memfasilitasi siswanya untuk belajar sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang artinya di di depan memberi teladan, di tengah membangun keinginan, dan dibelakang memberi dorongan. Jadi seorang guru tugasnya menuntun, membimbing, dan mendorong siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimilikinya masing-masing tanpa merubah kodrat yang ada pada siswa tersebut.
Saya yakin bisa menerapkan pengetahuan dan pengalaman tersebut di atas, karena pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat sejalan dengan kehidupan sosial budaya di Aceh Selatan. Anak-anak tumbuh dan berkembang di lingkungan yang memiliki keimanan dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, memiliki jiwa kemandirian, kreatif, bernalar kritis dan kegotong-royongan.
Seorang pendidik harus mengutamakan fungsinya sebagai model atau figur keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Selama ini, saya lebih mengutamakan fungsi sebagai pengajar ketimbang sebagai model atau figur keteladanan. Padahal menurut KHD budi pekerti, watak, atau karakter yang merupakan perpaduan harmonis antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan dapat menimbulkan tenaga atau semangat. Selain itu, selama ini saya juga kurang memperhatikan perbedaan kodrat alam yang dimiliki setiap anak, sehingga terkadang saya ingin memaksakan perubahan pada anak di luar kodratnya. Sehingga kedepannya saya semestinya menuntun anak sesuai kodrat alam mereka.
Perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah pertama-tama mengubah pola pikir saya dari mengajar ke menuntun. Kemudian berusaha memahami karakteristik setiap peserta didik agar saya bisa lebih mudah menuntun mereka sesuai kodrat alam yang dimiliki. Serta juga memahami karakteristik siswa agar lebih mudah dalam menerapkan trilogi folosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
0 Response to "1.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Presentasi Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya di blog "robi-biologi". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.