I. Refleksi Kritis
A. Apa yang anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?
Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.
Pengajaran adalah upaya memerdekakan aspek badaniah manusia (hidup lahirnya). Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa aktivitas pengajaran itu berupa tindakan informatif tetapi sekaligus formatif. Pada tataran informatif pengajaran adalah aktivitas membangun otonomi intelektual secara disengaja, yang dampaknya adalah mencerdaskan kognisi seseorang sehingga ia terbebaskan dari belenggu “kebodohan” kognisi. Sementara pada tataran formatif, ia membangun otonomi eksistensial dalam arti membangun kesadaran akan hak-hak asasinya sebagai manusia yang bermartabat luhur.
B. Apa relevansi pemikiran KHD mengenai konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus?
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikatakan masih cukup relevan dengan dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Pendidikan dengan sistem among dan Tri Pusat Pendidikan yang memberikan suatu kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas yang ada dalam dirinya sesuai dengan penerapan kurikulum 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berbasis pendidikan karakter seperti nilai keagamaan, kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan moral pendidikan abad ke 21.
C. Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?
Belum sepenuhnya melaksanakan pemikiran KHD. Sebagai contoh, sejauh ini proses pendidikan di sekolah terlalu dominan kognisi, Baik guru maupun murid sama-sama tertimpa beban materi pengajaran dan pelajaran. Guru dan murid sama-sama tersita waktu, pikiran dan tenaga untuk urusan kognitif. Akibatnya, sebagus apapun materi dan pengajarannya, proses penyampaiannya terjebak dalam kerangka teoretis semata-mata. Artinya, aktivitas pengajaran jatuh pada urusan teknis mekanis, minim sekali upaya ke arah internalisasi nilai, atau refleksi atas nilai-nilai. Akibat lanjut dari dominasi kognisi dalam materi pengajaran, output pendidikan pun tidak utuh, tidak memiliki integritas, punya akal tapi tidak punya kepekaan hati, punya pengetahuan (knowledge) tapi miskin nilai (value). Maka, tidak mengherankan bahwa dari tahun ke tahun, kualitas hasil pendidikan tampak semakin jauh dari yang ideal. Artinya, jauh dari harapan Ki Hadjar Dewantara, bahwa peserta didik itu diolah aspek lahiriah (pengajaran) dan batiniahnya (pendidikan).
II. Harapan dan Ekspektasi
A. Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Harapan saya sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini adalah mampu menerapkan seluas-luasnya pemikiran KHD kedalam pendidikan dan pengajaran di sekolah.
B. Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Murid- murid dapat bertumbuh dan berkembang dalam potensi-potensi diri nya (kognisi, afeksi, psikomotorik, konatif, kehidupan sosial dan spiritual), tidak lagi dominasi kognitif
C. Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Melalui modul ini, kegiatan, materi dan manfaat yang saya harapkan adalah penerapan secara nyata ke pendidikan dan pengajaran tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara yang tentunya masih cukup relevan dengan dunia pendidikan saat ini.
0 Response to "1.1.a.3. Mulai dari Diri - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya di blog "robi-biologi". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.